*)Ditulis oleh Noam Chomsky. Pakar komunikasi, linguis, kritikus media, pengamat perpolitikan global, & profesor pada Massachusetts Institute of Technology.
–
“Adalah demi kebaikan Tuhan bahwa di negara kita, kita mempunyai tiga hal sangat berharga: kebebasan berbicara, kebebasan hati nurani, dan kebijaksanaan untuk tidak pernah mempraktikkan keduanya,” begitulah ujaran terkenal Mark Twain—seorang sastrawan besar Amerika.
Dalam pengantar novel Animal Farm yang tidak dipublikasikan—yang ditujukan untuk “sensor sastra” di Inggris yang bebas, George Orwell menambahkan alasan untuk berhati-hati dalam hal ini. Ia menuliskan adanya perjanjian yang lazim dilakukan secara diam-diam untuk tidak menyebutkan fakta-fakta khusus.
Perjanjian diam-diam memaksakan sensor terselubung berdasarkan ortodoksi. Hal ini dilakukan oleh sebuah lembaga gagasan yang mengasumsikan bahwa semua orang yang berpikiran benar akan menerima tanpa pertanyaan. Dan siapapun yang menantang ortodoksinya, akan menemukan dirinya dibungkam dengan efektivitas mengejutkan, bahkan tanpa larangan resmi apapun.
Kami menyaksikan kehati-hatian semacam ini terus-menerus terjadi dalam masyarakat yang bebas. Contohnya, invasi AS-Inggris ke Irak adalah catatan kasus agresi tanpa alasan yang dapat dipercaya—yang merupakan “kejahatan internasional tertinggi” dalam definisi putusan Nuremberg. Legitimasi yang ada mengatakan bahwa kasus ini adalah “perang bodoh” dan “kesalahan strategis”. Bahkan Presiden Obama menyatakan hal ini sebagai kesalahan strategis terbesar dalam sejarah kebijakan luar negeri Amerika baru-baru ini. Pendapat tersebut pun sangat dipuji oleh para liberal yang tidak akan mengatakan itu sebagai kejahatan abad ini. Meskipun mereka tak akan ragu menyatakan “kejahatan” apabila beberapa musuh resmi telah melakukan kejahatan yang ternyata jauh lebih kecil.
Ortodoksi yang berlaku pun tidak mudah mengakomodasi sosok seperti Presiden-Jenderal Ulysses S. Grant (Presiden AS tahun 1869-1877) yang berpikir bahwa “tidak pernah ada perang yang lebih jahat daripada yang dilakukan Amerika Serikat di Meksiko” dengan mengambilalih apa yang sekarang menjadi bagian barat daya AS dan California. Dia pun menyatakan rasa malunya karena tidak memiliki keberanian moral untuk mengundurkan diri daripada ikut serta dalam kejahatan tersebut.
Menyingkirkan ortodoksi yang ada akan memiliki konsekuensi. Pesan yang tidak terlalu diam-diam seharusnya menyatakan kita hanya memerangi perang cerdas yang bukan kesalahan; perang yang berhasil dalam tujuannya dengan definisi yang adil dan benar menurut ortodoksi yang berlaku, bahkan kalaupun pada kenyataannya adalah “perang jahat” (kejahatan besar). Tentunya berbagai ilustrasi kasus terlalu banyak untuk disebutkan. Dalam beberapa kasus, seperti kejahatan abad ini, praktik ini berlaku hampir tanpa kecuali di kalangan yang terhormat.
Aspek lain yang akrab dari penyingkiran ortodoksi yang berlaku adalah penyesuaian sederhana dari menjelek-jelekkan musuh-musuh resmi ortodoksi. Dengan mengambil contoh hampir acak, dari masalah New York Times. Seorang jurnalis ekonominya yang sangat kompeten—yang kebetulan berada di depan saya sekarang—memperingatkan tentang keburukan populisme resmi Hugo Chavez yang pernah terpilih pada akhir era 1990-an. Chavez dikabarkan sedang melanjutkan memerangi institusi demokrasi yang menghalangi jalannya.
Beralih ke dunia nyata, Pemerintah AS dengan dukungan antusias dari New York Times setidaknya atau sepenuhnya mendukung kudeta militer yang menggulingkan pemerintah Chavez secara singkat—sebelum akhirnya dibalik oleh pemberontakan rakyat. Apapun yang dipikirkan orang tentang Chavez, nyatanya ia memenangkan pemilihan ulang yang disertifikasi “bebas dan adil” oleh pengamat internasional. Yayasan Carter—yang didirikan oleh mantan Presiden Jimmy Carter—mengatakan bahwa dari 92 pemilihan yang telah kami pantau, proses pemilihan di Venezuela adalah yang terbaik di dunia. Dan, Venezuela di bawah Chavez secara teratur menduduki peringkat sangat tinggi dalam jajak pendapat internasional tentang dukungan publik untuk pemerintah dan demokrasi (sumber: Latinobarómetro; organisasi riset nirlaba yang berbasis di Chili).
Tak diragukan, defisit demokrasi selama tahun-tahun Chavez berkuasa pasti ada; contohnya penindasan saluran RCTV yang menimbulkan kecaman besar. Saya turut bergabung mengecamnya dan juga setuju bahwa itu tidak boleh terjadi di masyarakat bebasnya kami. Jika saluran televisi terkemuka di AS telah mendukung kudeta militer di Venezuela seperti yang dilakukan RCTV, maka saluran itu tidak akan mendapat tekanan dalam beberapa tahun kemudian. Oleh karenanya, tidak akan ada pihak penguasa eksekutif yang berada di penjara jika mereka masih hidup. Ortodoksi memang dapat dengan mudah mengatasi fakta.
Kegagalan memberikan informasi yang bersangkut-paut juga memiliki konsekuensi. Mungkin orang Amerika harus tahu, jajak pendapat yang dijalankan lembaga pemungutan suara terkemuka AS menemukan fakta bahwa satu dekade setelah kejahatan abad ini, pendapat dunia menganggap Amerika Serikat sebagai ancaman terbesar bagi perdamaian dunia. Tidak ada kompetitior lain yang lebih mendekati predikat itu; dan tentunya bukan Iran, yang menurut komentar AS layak memenangkan “hadiah itu” (predikat tersebut). Alih-alih menyembunyikan fakta, pers mungkin telah melakukan tugasnya untuk menarik perhatian publik, sekaligus dengan beberapa pertimbangan tentang apa artinya pers & pelajaran apa yang dihasilkannya untuk kebijakan. Sekali lagi, kelalaian tugas memiliki konsekuensi.
Contoh-contoh yang berlimpah seperti ini memang cukup serius tetapi ada contoh lainnya yang jauh lebih penting. Cermatilah kampanye pemilu tahun 2016 di negara paling kuat dalam sejarah dunia. Cakupannya sangat besar dan instruktif. Para kandidat hampir semuanya menghindari isu-isu bermasalah dan mengabaikannya untuk dikomentari. Sesuai dengan prinsip jurnalistik tentang “objektivitas”, media mengartikannya dengan melaporkan secara akurat apa yang dilakukan dan dikatakan oleh pihak berkuasa dan bukan apa yang mereka abaikan. Prinsip ini berlaku bahkan jika nasib spesies dipertaruhkan; seperti halnya: meningkatnya bahaya perang nuklir dan ancaman mengerikan bencana lingkungan.
Kelalaian itu mencapai puncak dramatis pada 8 November sebagai hari yang benar-benar bersejarah. Pada hari itu, Donald Trump memenangkan dua kemenangan. Media secara luar biasa meliput hal kurang penting tentang kemenangan pemilihannya dengan selisih suara hampir 3 juta lebih sedikit dari lawannya—yang mana kemenangan ini terjadi berkat fitur regresif dari sistem pemilihan AS.
Kemenangan yang lebih penting justru dilupakan oleh keheningan virtual. Yakni, kemenangan Trump di Kota Marrakesh, Maroko; yang mana di situlah sekitar 200 negara bertemu untuk memasukkan beberapa konten serius ke dalam Perjanjian Paris tentang perubahan iklim pada setahun sebelumnya. Pada 8 November, proses perjanjian ini terhenti. Sisa dari konferensi ini, sebagian besar dikhususkan untuk mencoba menyelamatkan beberapa harapan bersama AS agar tidak menarik diri dari perusahaan. Hal ini juga dimaksudkan untuk menyabot perjanjian tersebut secara tajam, meningkatkan penggunaan bahan bakar fosil, membongkar peraturan, dan menolak janji untuk membantu negara-negara berkembang bergeser ke energi terbarukan. Semua yang dipertaruhkan dalam kemenangan terpenting Trump adalah prospek kehidupan manusia yang terorganisir dalam bentuk apapun yang kita tahu. Dengan demikian, cakupan media hampir nol untuk memberitakan hal ini. Sebab mereka mempertahankan konsep “objektivitas” yang sama dengan yang ditentukan oleh praktik dan doktrin kekuasaan.
Pers yang benar-benar independen menolak peran penyingkiran terhadap kekuasaan dan otoritas. Ini melemparkan ortodoksi ke angin; mempertanyakan apa yang “orang-orang yang berpikiran benar akan menerima tanpa pertanyaan”. Menyingkirkan selubung sensor diam-diam, membuat tersedianya informasi, berbagai pendapat, & ide untuk masyarakat umum merupakan prasyarat untuk partisipasi yang bermakna dalam kehidupan sosial dan politik. Lebih dari itu, pers mustinya menawarkan platform bagi orang-orang untuk masuk ke dalam debat dan diskusi tentang isu-isu yang menjadi perhatian mereka. Dengan melakukan itu, berfungsilah fungsi dasarnya pers untuk masyarakat yang benar-benar bebas dan demokratis.
7 Januari 2017
–
[Penerjemah: Taufik Nurhidayat. An uncle cat.]